Judul Tulisan: KEMATIAN “CINTA” . (Kado Valentine buat Para Pemuja Cinta)

NameZainal
Emailenhaleds@yahoo.com
Judul TulisanKEMATIAN “CINTA” . (Kado Valentine buat Para Pemuja Cinta)
Isi Tulisan“Zaman sekarang kita bukan hanya berhadapan dengan persoalan hidup sehari-hari yang semakin rumit, tetapi kita sebenarnya berhadapan dengan dunia sosial yang mengalami kematian karena aktor-aktornya adalah mayat hidup” Dewasa ini praktek pacaran telah mengalami tahap simulasi yang tidak berpijak pada realitas kehidupan nyata sehari-hari, yang berakhir pada penghancuran makna dalam dirinya sendiri. Konsep cinta mengalami mutasi dari bentuk-bentuk yang culun, lugu dan kaku yang konvensional menjadi monster licin, banal dan tak terkendali yang hipereal di mana jantungnya adalah simulasi. Pasangan yang bercinta akan tersedot dalam gravitasi kode yang berbentuk spiral dan tidak menemukan ujung pangkal, kalaupun ada maka titik batasnya membawa pada kebuntuan yang hampa sebagai awal yang tak berkesudahan. Itulah surga yang hampa berisi keindahan, kemewahan dan kenikmatan yang tiada batasnya sehingga kita sulit mendefinisikannya. Tidak ada pemisahan antara kenyataan sebenarnya dan sesuatu yang fiktif, dan imajiner, semuanya melebur menjadi satu, tercampur aduk dalam ketidakstabilan dan kepastian yang labil. Terjadi permainan tanda yang tidak memiliki rujukan, yang pasti rujukannya adalah hasrat yang terus digoda untuk menemukan bentuknya yang tak pernah pasti. Hasrat dalam hal ini menjadi kekuatan pendorong tetapi sekaligus juga objek yang terus menerus digoda, dirayu dan diprovokasi. Terjadi sesuatu yang dialektis di mana sirkuit yang menjadi lalu-lintas berputar-putar dan tidak memiliki ujung pangkal. Kadang-kadang saya berhenti pada garis finish, yang sebenarnya beberapa waktu yang lalu merupakan garis start perlombaan dan kita akan mengulanginya lagi karena kita menyukai permainan ini . Di sini ada aturan permainan yang harus di ikuti, yang berbeda dengan undang-undang (aturan hukum) jika dilanggar maka akan dikenakan sangsi, dalam logika simulasi tidak ada sangsi yang ada hanya logikanya sendiri tanpa rujukan yang berupa permainan yang memiliki aturan, anda harus ikut aturannya agar dapat bermain jika tidak maka anda tidak ikut bermain. Aturan-aturan itu menjelma menjadi kode yang berkuasa karena ia hanya dapat dimengerti dengan logikanya sendiri, semakin mengerti logikanya maka ia akan berkembang biak menjadi sesuatu yang menggoda hasrat kita ikut bermain lagi, aturan akan berubah dan berubah terus sesuai dengan logika permainan itu sendiri. Jika ingin mengetahui aturan-aturannya maka kita harus terus bermain, karena aturan sewaktu-waktu akan berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya. Realitas keseharian yang hilang Dalam proses pacaran terjadi nonevent (tidak ada peristiwa) karena sesuatu tidak pernah terjadi. Yang ada hanya nostalgia untuk mengenang kembali masa lalu kita atau kalau tidak, maka hanya penjabaran dari imajinasi, ilusi dan impian kita akan sebuah bentuk pacaran yang romantis dan indah yang direproduksi oleh media (terutama televisi). Malam Minggu menjadi malam yang sangat keramat bagi pasangan yang berpacaran. Maka ritualpun dilakukan, berkunjung ke rumahnya, ke tempat kosnya dengan membawa sebungkus cokelat atau martabak spesial, atau pergi nonton di bioskop, makan di warung cepat saji sebagai simbol keromantisan, tidak peduli setiap bulan harus bermasalah dengan keuangan. Inilah suatu yang asli dan real dalam masyarakat kita saat ini, sedangkan peristiwa-peristiwa nyata seperti mengantri untuk mendapatkan sembako murah, ikut tahlilan tingkat RT, demo menuntut pemberantasan mafia hukum dan pelaku korupsi diadili menjadi wilayah yang tabu bagi pasangan yang berpacaran karena tidak romantis. Peristiwa ini hanya akan menjadi berita di televisi setiap hari yang menunjukkan dinamika keindonesiaan kita. Terdapat beberapa hal yang perlu dikemukakan di sini, yaitu pertama, proses pacaran cenderung menjauhkan seseorang dari realitas sebenarnya, yaitu tentang denyut nadi kehidupan sehari-hari yang faktual, seperti antrean minyak tanah. Realitas yang tampak penuh dengan drama, simbolisasi dan tanda yang didominasi oleh kode. Dalam berpacaran, kedua pasangan terlibat pada konstruksi keromantisan yang bersifat fiktif dan palsu. Berkunjung ke tempat-tempat seperti mall, restoran, bioskop, dan tempat rekreasi menunjukkan pola konsumsi simbolik yang cenderung pada pengembangbiakan realitas, sistem tanda menjadi demikian gemuk sehingga menjadi kode-kode yang mematikan dunia sosial dan cenderung memisahkannya dari rutinitas keseharian. Tidak ada tempat kecuali keindahan dengan proses konsumsi simbolik yang melahirkan keindahan yang syahdu. Kedua, terjadi transformasi dari realitas (kenyataan/fakta) menjadi image (citra/fiksi), cerita cinta orang berpacaran terlalu melankolis seperti halnya kisah dalam novel, sinetron, film sehingga negativitas di matikan, yang hidup hanya positivitas tanpa tandingan yang selalu terkait kemewahan, keindahan, kesempurnaan dan surga yang tiada tara. Akibatnya selalu terjadi manipulasi, spekulasi dan penggemukan simbol untuk menutupi segala kekurangan, ketidaksempurnaan, dan kehancuran yang setiap saat mempertanyakan kedirian kita. Sang cewek akan selalu ingin tampil cantik dihadapkan sang pacar, maka pergi ke salon, joging, dan bergaya yang ngetren dan gaul merupakan rutinitas sehari-hari, sehingga ia alergi terhadap hal-hal yang tidak mendukung semua itu seperti ke perpustakaan untuk baca buku, atau mengantri untuk mendapatkan sembako murah, demo menuntut pemberantasan mafia hukum dan pelaku korupsi menjadi hal yang dapat merusak semuanya. Sang cowok demikian pula adanya, ia harus pandai-pandai berspekulasi, berbohong agar ia dapat dikatakan romantis, ketika berkunjung ke rumah cewek maka hadiah-hadiah harus diberikan sebagai bentuk ekspresi hubungan yang harmonis, mengantar jemput pacar, menemaninya selalu setiap saat ia membutuhkan sebagai rasa memberi yang dapat menunjukkan kualitas perasaan cintanya. Transformasi dari realitas ke image Intinya bahwa terjadi pertukaran simbolis yang palsu yang merupakan metamorfosis ke arah yang hipereal, simulasi dan representasi. Penanda mengambang tanpa rujukan yang pasti, ia labil serta menjadi tampak narsis karena bertarung dengan dirinya sendiri, sehingga apa yang terjadi pada tahap ini dunia seperti mimpi tanpa cacat sama sekali tidak ada pembalikan realitas, yang ada hanya pengembangbiakan realitas yang menuju pada titik hampa. Nah apa yang bermain di sini yaitu seksualitas, politik dan ekonomi melebur sebagai bahan bakarnya. Meskipun dalam hubungan cinta, terjadi pertukaran simbolik namun hal itu bersifat hampa, karena memisahkan keduanya dari rutinitas keseharian, mereka terjebak dalam kapsul perkembangbiakan tanda tanpa henti yang melahirkan kode sosial yang bermain dengan logikanya sendiri. Kapsul ini membungkus, dalam permainan asmara yang menghilangkan sendi-sendi kemanusiaan seseorang, karena tidak ada lagi yang tampak selain keindahan, keromantisan dan kenikmatan cinta. Seperti cerita dalam sinetron, semua yang tampak hanyalah keindahan hidup, drama, intrik, dan romantisme. Walaupun dalam sinetron percintaan (asmara) sisi kebaikan dan kejahatan muncul saling berlawanan, tetapi ia melebur dalam drama hidup yang melankolis yang tidak berpijak pada realitas keseharian. Hampir semua cerita dalam sinetron tidak memperlihatkan sisi kemanusiaan sebenarnya, masalah hidup terkait dengan kerja keras untuk memperoleh kehidupan yang layak, bangun pagi untuk pergi bekerja, perasaan cemas karena masalah keuangan, atau kenaikan sembako hampir tidak pernah muncul atau dipotret dengan detail dalam sinetron yang bertema cinta. Ini adalah contoh paling vulgar untuk menggambarkan bagaimana realitas hidup yang di konstruksi oleh media yang pada awalnya sangat sederhana kemudian dibanjiri oleh tanda, citra dan kode yang melahirkan dunia simulasi yang terpisah dengan realitas yang nyata. Nah pertanyaan terakhir dapat kita ajukan yaitu apakah terjadi pembelahan realitas antara dunia mimpi (simulasi, fiktif, palsu, hampa, hiperealitas, representasi) dan realitas nyata (fakta, kehidupan sehari-hari, kenyataan) ataukah dunia telah mengalami suatu proses transformasi dari realitas (kenyataan) ke image (Citra), yang mereproduksi kode-kode sosial yang palsu, hampa dan mematikan sehingga menjadi alasan yang tak terbantahkan bahwa suka atau tidak suka, kita harus terlibat dalam permainan ini dan hanyut di dalamnya. Kematian Cinta Jika kita mengikuti pandangan kedua di atas maka “cinta” sebagai karakteristik suatu hubungan sosial telah mengalami kematian. Kematian yang saya maksud yaitu hilangnya pijakan dasar dari setiap hubungan“cinta” yaitu realitas keseharian, atau mengalami kematian sosial karena ia menjadi dunia simulasi yang acuh tak acuh, dan melebur dengan bayangannya sendiri. Kita semua telah membunuhnya (cinta) sejak pertama kali menginjakkan kaki untuk terlibat dalam permainan ini. Dan pertanyaan selanjutnya berapa babak, game, race (putaran) yang anda telah lalui dalam permainan ini. Kita semua tidak perlu takut akan segala resiko yang ditanggung dalam permainan ini, di sini tidak ada menang dan kalah tetapi yang ada adalah kita harus terus menyelesaikan satu permainan dan meneruskannya ke permainan selanjutnya, karena sebenarnya permainan ini (hubungan cinta) telah mengalami “kematian” dan kita semua adalah mayat-mayat hidup yang akan selalu bermain tanpa henti, tanpa pernah merasa kalah, tanpa pernah merasa menang, dan tak akan pernah lelah, sampai akhirnya kita semua harus tersadar karena semua itu hanyalah simulasi.

Powered by 123ContactForm


You received this email from noreply@123contactform.com because one of the following situations occurred: - the form is not configured correctly - the form submitter did not enter a valid email The solution of this problem is here: http://www.123contactform.com/forums/viewtopic.php?f=2&t=482

Follower

 
Great HTML Templates from easytemplates.com | Edited by Soe86